BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ada berbagai macam metode yang telah Rasulullah ajarkan kepada
umatnya, salah satunya menggunakan metode yang menyejukan. Diantara metode yang
mejekukan yang ditempuh oleh Rasulullah dalam berdakwah yaitu mempermudah tidak
mempersulit serta meringankan tidak memberatkan. Begitu melimpah nash al-Quran
maupun teks as-Sunah yang memberikan isyarat bahwa memudahkan itu lebih disukai
Allah dari pada mempersulit.
Melalui surat al-Alaraf ayat 199-200, salah satu ayat yang akan kami
jelaskan, bahwa ayat ini membicarakan tentang kepribadian Rasulullah.
Digariskan cara beliau bermuamalah dengan sesamanya, sehingga beliau terhindar
dari perasaan terhimpit oleh sikap orang-orang pada zaman dahulu terhadap diri
Rasulullah dan dakwahnya. Maka dalam ayat ini Allah memberikan pedoman-pedoman
untuk nabi dalam menjalankan dakwahnya dan cara menghadapi pengaruh setan.
1.2.
Rumusan Masalah
A.
Tafsir Q.S
Al-Araf ayat 199-200
B.
Tafsir Q.S
Al-Hajj ayat 78
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Q.S Al-A’raf
ayat 199-200
Q.S. Al-Araf ayat 199
Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚÌôãr&ur Ç`tã úüÎ=Îg»pgø:$# ÇÊÒÒÈ
Artinya:
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Pengertian
secara Umum
Allah
SWT. menegaskan bahwa Dia-lah yang akan menjamin keselamatan rasul dan
membelanya, dan bahwa berhala-berhala dan para penyembahnya itu tidak akan bisa
berbuat apa-apa untuk menganiaya beliau atau memberi bahaya kepada beliau, maka
pada ayat ini Allah menerangkan cara yang sebaik-baiknya, jalan yang lurus dalam
menghadapi dan berinteraksi dengan manusia. Pada ayat ini terkandung
prinsip-prinsip akhlak yang utama yang merupakan landasan terletaknya suatu prinsip-prinsip
akidah yang berlandaskan pada tauhid.
Penjelasan
Dalam
tafsir Al-Maraghi, Allah SWT. memerintahkan nabi-Nya pada ayat ini untuk
melaksanakan tiga perkara yang semuanya merupakan dasar-dasar umum syari’at,
baik menyangkut soal tata kesopanan jiwa atau hokum-hukum amaliah, yaitu:
1.
Al-Afwu artinya mudah, tidak berliku-liku yang menyulitkan.
Maksudnya
yaitu diantara perbuatan-perbuatan yang dilakukan orang, akhlak mereka dan apa
pun yang datang dari mereka, ambilah yang menurutmu mudah, dan bersikap
mudahlah, jangan mempersulit dan jangan menuntut mereka melakukan sesuatu yang
memberatkan, sehingga mereka akan lari darimu. Suruhan ini adalah sama seperti
yang dikatakan dalam sebuah hadis:
يَسِّرُ وْاوَلاَ تُعَسِّرُوْا
“Permudahlah dan jangan mempersulit.”
Kesimpulannya, bahwa di antara tata krama dan pinsip-prinsip agama ialah
kemudahan, menghindari kesulitan dan yang memberatkan. Dan benarlah berita
bahwa Nabi saw. apabila harus memilih antara dua perkara, maka yang belau pilih
pasti yang lebih mudah.
2.
Al-Amru bil Ma’ruf
Al-ma’ruf itu artinya sesuatu yang diakui baik oleh hati.
Hati senang kepadanya dan merasa tentram. Tidak diragukan, bahwa suruhan ini
didasarkan pada pertimbangan kebiasaan yang baik pada umat, dan hal-hal yang
menurut kesepakatan mereka berguna bagi kemaslahatan mereka.
Kata al-ma’ruf sering disebutkan dalm surat-surat
Madaniyah, menyangkut soal hukum-hukum syari’at amaliah, seperti kriteria
tentang umat dan pemerintahan Islam, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran:
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$#
“yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’uf
dan mencegah dari perbuatan munkar.” (Q.S Al-Hajj:41)
Sebagian ulama terkemuka berpendapat, Ma’ruf adalah apa
yang menurut akal baik untuk dilakukan dan tidak dipungkiri oleh semua akal
sehat. Dan dalam hal ini bagi seorang mukmin cukup dengan memelihara nas-nas
yang tetap, karena tak mungkin seorang mukmin mengingkari apa yang datang dari
Allah dan Rasul-Nya.
3.
Al-I’rad ‘anil Jahilin (berpaling dari orang-orang bodoh)
Yaitu dengan cara tidak mempergauli mereka dan jangan berbantah-bantahan
dengan mereka. Menurut sebuah riwayat dari Ja’far As-Sadiq
r.a. bahwa dia berkata, “Dalam Al-Quran tidak ada satu ayat yang lebih mencakup
akan Makarimal Akhlak selain ayat ini.”
Mengenai
firman Allah pada ayat di atas. Dari Qatadah, ia berkata: “Ini adalah akhlak
yang diperintahkan dan ditunjukan oleh Allah kepada Nabi SAW.
Q.s.
Al-Araf ayat 200
$¨BÎ)ur ¨Zxîu\t z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# Øø÷tR õÏètGó$$sù «!$$Î/ 4 ¼çm¯RÎ) ììÏJy íOÎ=tæ
“Dan jika kamu ditimpa godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesunguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Pengertian secara umum
Setelah pada ayat lalu Allah SWT. menerangkan tentang
cara yang terbaik dalam bergaul sesama manusia, yang kalau mereka mau
melaksanakan petunjuk yang Dia ajarkan itu, maka tidak ada jalan bagi kerusakan
untuk menebus hati mereka. Maka seterusnya Allah memberi nasehat yang
terkandung pada ayat di atas, yaitu supaya berhati-hati terhadap godaan setan,
yakni setan dari bangsa jin yang tidak kelihatan. Jadi, kalau ayat sebelumnya menyuruh
supaya berpaling dari orang-orang bdoh, agar terhindar dari kejahatan mereka,
maka ayat ini menyuruh supaya berlindung kepada Allah dari godaan setan agar
terhindar dari kejahatannya pula.
Tafsir
Dan jika setan membangkitkan nafsu yang ada padamu untuk
melakukan kejahatan dan kerusakan baik karena amarah atau syahwat, sehingga dia
membuat kamu terpengaruh lalu bergerak untuk melakukannya. Bila setan berlaku
demikian, maka berlindunglah kepada Allah dan hadapkanlah hatimu kepada-Nya.
Dan nyatakanlah permohonan perlindungan dengan lidahmu. Katakanlah, “Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Karena Allah maha
Mendengar apa yang kamu ucapkan, dan Maha Mengetahui apa yang dibisikan oleh
nafsumu dan yang terdetik dalam dadamu. Allah-lah yang akan memusnahkan darimu
pengaruh godaan setan yang telah menghiasi kejahatan. Pengalaman menunjukan
bahwa berlindung kepada Allah dan menyebut-Nya dalam hati atau lidah dapat
menghilangkan dari dalam hati was-was dari setan.
B.
Q.S Al-Hajj ayat 78
(#rßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏ$ygÅ_ 4 uqèd öNä38u;tFô_$# $tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym 4 s'©#ÏiB öNä3Î/r& zOÏdºtö/Î) 4 uqèd ãNä39£Jy tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# `ÏB ã@ö6s% Îûur #x»yd tbqä3uÏ9 ãAqߧ9$# #´Îgx© ö/ä3øn=tæ (#qçRqä3s?ur uä!#ypkà n?tã Ĩ$¨Z9$# 4 (#qßJÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qßJÅÁtGôã$#ur «!$$Î/ uqèd óOä39s9öqtB ( zN÷èÏYsù 4n<öqyJø9$# zO÷èÏRur çÅÁ¨Z9$#
“Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam
(Al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu
semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah salat, tunaikanlah
zakat, dan berpegangglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka
Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
Penjelasan
(Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah) demi menegakkan agama-Nya (dengan jihad yang sebenar-benarnya)
dengan mengerahkan segala kemampuan kalian di dalamnya. Lafal Haqqa dinashabkan
disebabkan menjadi Mashdar. (Dia telah memilih kalian) untuk membela
agama-Nya (dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama
suatu kesempitan) artinya hal-hal yang membuat kalian sulit untuk
melakukannya, untuk itu Dia memberikan kemudahan kepada kalian dalam keadaan
darurat, antara lain boleh mengkasar salat, bertayamum, memakan bangkai, dan
berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit dan bagi yang sedang melakukan
perjalanan (sebagaimana agama orang tua kalian) kedudukan lafal Millata
dinashabkan dengan cara mencabut huruf Jarrnya, yaitu huruf Kaf (Ibrahim) lafal
ini menjadi athaf Bayan.
(Dia) yakni Allah (telah menamai kalian
orang-orang Muslim dari dahulu) sebelum diturunkannya Alquran (dan begitu pula
dalam Kitab ini) yakni Alquran (supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri
kalian) kelak di hari kiamat, bahwasanya dia telah menyampaikan kepada kalian
(dan kalian) semuanya (menjadi saksi atas segenap manusia) bahwasanya
Rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah-Nya kepada mereka (maka
dirikanlah salat) maksudnya laksanakanlah salat secara terus-menerus
(tunaikanlah zakat dan berpeganglah kalian kepada Allah) percayalah kalian
kepada-Nya (Dia adalah pelindung kalian) yang menolong kalian dan yang mengurus
perkara-perkara kalian (maka sebaik-baik pelindung) adalah Dia (dan sebaik-baik
penolong) kalian adalah Dia.
Menurut tafsir AL-Maragi, jihad terbagi tiga macam, yaitu;
1.
Jihad melawan
musuh yang nampak seperti orang-orang kafir
2.
Jihad melawan
setan
3.
Jihad melawan
hawa nafsu,
Tafsir
(#rßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏ$ygÅ_
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya, yaitu dengan tulus ikhlas demi mendapatkan
keridhaan-Nya tanpa merasa takut kepada celaan orang yang mencela dalam
melakukannya.
4 uqèd öNä38u;tFô_$#
“Dia telah memilih kamu” yaitu, wahai umat ini! Allah telah memisahkan dan memilih kalian
atas seluruh umat serta mengutamakan, memuliakan dan mengistimewakan kalian
dengan Rasul-Nya yang termulia dan syariat-Nya yang amat sempurna.
$tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym
“Dia tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu
kesempitan.”
Yaitu,
Dia tidak membebani kalian dengan sesuatu yang kalian tidak mampu. Akan tetapi, Dia memberikan kelapangan dan menjadikan jalan keluar bagi kalian dari setiap dosa,
maka Dia memberikan keringanan dalam beberapa kesempitan. Salat yang merupakan
pokok utama agama setelah dua kalimah syahadat wajib dikerjakan empat rakaat
dalam keadaan bermukmin, tetapi dalam keadaan bepergian (safar) boleh di pendek
(qasr) menjadi dua rakaat, orang yang sakit boleh mengerjakan sambil duduk, dan
jika tidak bisa sambil duduk boleh sambil berbaring. Untuk itu Nabi SAW. bersabda: yang artinya, “Aku diutus dengan
agama yang lurus dan mudah.” (H.R. Ahmad dalam al-Musnad)
s'©#ÏiB öNä3Î/r& zOÏdºtö/Î)
Agama kalian adalah agama dari bapak kalian
Ibrahim, yang lurus, tidak menyimpang dan tidak pula syirik.
4 uqèd ãNä39£Jy tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# `ÏB ã@ö6s% Îûur #x»yd
Sesungguhnya
Allah telah menamakan kalian, wahai sekalian orang yang beriman kepada Muhammad
saw. orang-orang muslim dalam kitab-kitab terdahulu dan dalam kitab Al-Quran
ini.
tbqä3uÏ9 ãAqߧ9$# #´Îgx© ö/ä3øn=tæ (#qçRqä3s?ur uä!#ypkà n?tã Ĩ$¨Z9$# 4
“supaya Rasul
itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia.”
Jadi, Allah
menjadikan manusia sebagai umat pertengahan, adil, terpilih dan menjadi saksi
bagi seluruh umat dengan keadilan agar pada hari Kiamat, kalian menjadi saksi
bagi seluruh manusia. Karena pada waktu itu, seluruh umat mengakui kepemimpinan
dan keutamaan mereka dibandingkan dengan umat yang lain. Untuk itu, persaksikan
mereka diterima pada hari Kiamat, yaitu tentang kenyataan bahwa para Rasul
telah menyampaikan risalah mereka. Rasul (Muhammad) pun menjadi saksi atas
ummat ini bahwa dia telah menyampaikan kepada mereka. Masalah ini telah di
bahas pada ayat sebelumnya
y7Ï9ºxx.ur öNä3»oYù=yèy_ Zp¨Bé& $VÜyur (#qçRqà6tGÏj9 uä!#ypkà n?tã Ĩ$¨Y9$# tbqä3tur ãAqߧ9$# öNä3øn=tæ #YÎgx© 3
“Dan demikian
pula Kami telah menjadikanmu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
atas manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas dirimu,” (Q.S Al-Baqarah: 143)
Firman-Nya:
4 (#qßJÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$#
“Maka
dirikanlah salat dan tunaikanah zakat.”
Yaitu,
terimalah oleh kalian nikmat yang besar ini dengan mensyukurinya secara benar,
maka tunaikanlah hak Allah oleh kalian dengan melaksanakan apa saja yang
difardukan, mentaati apa saja yang diwajibkan dan meninggalkan yang diharamkan.
Diantara hal tersebut yang paling penting adalah mendirikan salat dan
menunaikan zakat, yaitu berbuat baik kepada sesame makhluk Allah dengan sesuatu
yang diwajibkan kepada orang kaya untuk mengeluarkan sebagian hartanya.
Dan firman-Nya:
(#qßJÅÁtGôã$#ur «!$$Î/
“Dan
berpeganglah kamu kepada tali Allah”
Yaitu,
berpegang teguhlah kepada Allah, minta tolonglah, bertawakkal dan mintalah
dukungan kepada-Nya.
uqèd óOä39s9öqtB
“Dia
adalah pelindungmu”, yaitu
pemelihara, penolong dan pemberi kemenangan bagi kalian dari musuh-musuh
kalian.
zN÷èÏYsù 4n<öqyJø9$# zO÷èÏRur çÅÁ¨Z9$#
”maka Dia-lah sebaik-baik pelindung
dan sebaik-baik penolong.” Yaitu sebaik
pelindung dan sebaik penolong dari musuh-musuh kalian.
C.
Q.S Al-Baqarah
ayat 109
¨ur ×ÏV2 ïÆÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# öqs9 Nä3tRrãt .`ÏiB Ï÷èt/ öNä3ÏZ»yJÎ) #·$¤ÿä. #Y|¡ym ô`ÏiB ÏYÏã OÎgÅ¡àÿRr& .`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ãNßgs9 ,ysø9$# ( (#qàÿôã$$sù (#qßsxÿô¹$#ur 4Ó®Lym uÎAù't ª!$# ÿ¾ÍnÍöDr'Î/ 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs%
Artinya: “Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena dengki
yang (timbul)dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
Maka maafkanlah dan biarkanlah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu.”
Maksud Ayat
Allah swt. memperingatkan hamba-Nya yang
mukmin agar waspada terhadap tingkah laku
orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab. Dia memberitahukan kepada mereka
akan permusuhan orang-orang Ahli Kitab terhadap diri mereka, baik secara lahir
maupun secara batin. Juga diberitahukan oleh Allah bahwa di dalam hati mereka
(Ahli Kitab) memendam bara kedengkian terhadap kaum mukmin, padahal mereka
mengetahui keutamaan kaum mukmin atas diri mereka dan keutamaan Nabi kaum
mukmin atas nabi-nabi mereka. Allah swt memerintahkan hamba-hamba-Nya yang
beriman agar bersikap lapang dada dan pemaaf atau bersabar, hingga datang
perintah Allah yang membawa pertolongan dan kemenangan.
Tafsir
Pada dasarnya kaum Yahudi sangat mengharap
umat Islam agar mengikuti atau kembali menjadi kafir. Hal ini karena kaum
Yahudi merasa iri terhadap kaum muslimin. Mereka tidak cukup mengingkari dan
menjerumuskan Nabi SAW. dengan cara merusak janji yang telah diikrarkan antara
nabi dengan mereka, lebih dari itu mereka merasa iri terhadap umat Islam yang
telah menerima nikmat Islam. Kaum Ahli Kitab mempunyai banyak cara untuk
menanaman sikap ragu-ragu kaum muslimin terhadap agama Islam. Karenanya, mereka
telah menentukan sebagian mereka agar berpura-pura sebagai kaum beriman.
Sehingga mereka dapat menyelidiki dan mengetahui kelemahan umat Islam.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muhammad
bin Ishaq, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Huyay Bin Akhthab dan Abu Yasir bin
Akhthab merupakan orang Yahudi yang paling dengki terhadap masyarakat Arab,
karena Allah telah mengistimewakan mereka dengan mengutus Rasul-Nya, Muhammad
saw. Selain itu, keduanya juga paling gigih menghalangi manusia memeluk
Islam.”
Berkaitan dengan kedua orang tersebut Allah menurunkan ayat ini
¨ur ×ÏV2 ïÆÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# öqs9 Nä3tRrãt .`ÏiB Ï÷èt/ öNä3ÏZ»yJÎ) #·$¤ÿä. #Y|¡ym ô`ÏiB ÏYÏã OÎgÅ¡àÿRr&
“Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar
mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman,
karena dengki yang (timbul)dari diri mereka sendiri.”
Lalu mereka mengingingkarinya karena iri dan dengki, karena Nabi
Muhammad bukan dari kalangan mereka (Yahudi). Jadi, nasehat-nasehat yang mereka kemukakan kepada
kaum muslimin bersumber dari sikap iri hati. Jiwa mereka kotor dan bengkok,
hanya suka terhadap kebatilan. Di dalam jiwa mereka sama sekali tidak ada
semangat terhadap kebenaran
Sedangkan mengenai firmannya:
.`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ãNßgs9 ,ysø9$#
“setelah nyata bagi mereka kebenaran.”
Abu Aliyah mengatakan: “Yaitu setelah mereka melihat jelas bahwa Nabi
Muhammad saw, tertulis dalam kitab Taurat dan Injil. Artinya setelah permasalahannya jelas,
disamping di perkuat dengan bukti-bukti nyata bahwa Nabi Muhammad saw. adalah
benar, dan apa yang mereka hafal dari kitab mereka tentang berita gembira,
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Nabi Muhammad saw. yang datang di akhir
zaman sebagai nabi terakhir.
Allah berfirman, bahwa setelah kebenaran yang terang benderang dihadapan mereka
tidak ada sedikit pun yang tidak mengetahuinya, tetapi kedengkian menyeret
mereka kepada pengingkaran. Maka Allah pun benar-benar mencela, menghina,
dan mencaci mereka, serta menyegerakan bagi Rasulullah saw dan juga orang-orang
yang beriman yang telah membenarkan, mengimani, dan mengakui apa yang
diturunkan oleh Allah kepada mereka dan yang diturunkan kepada orang-orang
sebelum mereka, kemuliaan, pahala yang besar, dan pertolongannya.
Mengenai firman-Nya:
(#qàÿôã$$sù (#qßsxÿô¹$#ur 4Ó®Lym uÎAù't ª!$# ÿ¾ÍnÍöDr'Î/
“Maka maafkanlah dan biarkanlah sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya.”
Artinya, perlakukanlah mereka dengan keluhuran
akhlak yang ada pada kalian. Bersabarlah di dalam menghadapi orang-orang jahat,
dan banyaklah berbuat memaafkan. Janganlah kalian mencaci atau mengecam. Sebab
Allah pasti akan memenangkan kalian dengan dukunan dan pertolongan Allah SWT.
Perintah Allah terhadap kaum muslimin agar
memberikan maaf dan berlapang dada menunjukan bahwa sekalipun kaum muslimin itu
minoritas, tetapi mempunyai pengaruh dan kekuatan terhadap kelompok Yahudi. Sebab memberi maaf menunjukan suatu pengertian bahwa pemberi maaf
(dalam hal ini kaum muslimin) dalam posisi berkuasa dan mempunyai kekuatan.
Jadi, seakan-akan Allah berfirman kepada kaum
muslimin, “Janganlah kalian dikalahkan oleh banyaknya pengikut ahli kitab.”
Mereka itu berjalan di jalan yang salah. Sedangkan kalian meskipun sedikit,
tetapi jauh lebih kuat dibanding mereka. Sebab, kalian berada di jalan
kebenaran. Orang-orang yang membela kebenaran akan mendapatkan pertolongan dari
Allah swt pasti akan mencapai kejayaan karena keteguhan pendirian.”
Kemudian Allah menguatkan janji-Nya yang telah
disebut.
3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs%
“Sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu.”
Maksudnya, Allah mampu memberikan kekuatan
kepada kalian, sehingga kekuatan-kekuatan kalian sangat kecil dimata Allah.
Allah akan menetapkan langkah-langkah kalian yang benar, sehingga kalian mampu
mengalahkan oran-orang yang menentang dan memusuhi serta merasa bangga dengan
jumlah mereka yang banyak. Contoh, ingat
kisah yang terjadi ketika Nabi Muhammad saw. sembunyi di gua. Kekuasaan siapa
yang menghambat mata mereka, sehingga mereka tidak melihat Rasul dan Abu Bakar
yang tengah bersembunyi, sedangkan Rasul dan Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka
hingga lutut. Oleh sebab itu yang paling penting adalah memperteguh hati. Sebab
benteng keislaman dan keimanan itu wajib diperteguh.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Melihat
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode berdakwah salah satunya
dengan menggunakan cara yang menyejukan yaitu dengan kemudahan.
Q.S
Al-Araf ayat 199-200, Nabi Muhammad saw. sebagai seorang dai diperintahkan
untuk menjadi seorang pemaaf, selalu mengajak kepada kebaikan dan tidak bergaul
dengan orang-orang yang jahil (dungu) serta waspada terhadap godaan setan yang
selalu mengintai.
Q.S
Al-Hajj ayat 78, yaitu perintah berjihad di jalan Allah SWT. dengan
sunguh-sungguh dan dalam jihad itu terbuka kesempatan luas untuk berkreasi dan
menciptakan berbagai macam metode, yaitu bisa melalui kegiatan ilmiah, ekonomi
dan sebagainya.
Q.S
Al-Baqarah ayat 109, yaitu sebagian besar orang Yahudi dan Nasrani berusaha
ingin mengembalikan keimanan umat Islam kepada kekafiran. Maka Rasulullah saw.
diperintahkan untuk memaafkan dan berlapang dada serta meninggalkan mereka
dengan tidak membalas kejahatan dan kesalahan mereka. Sedangkan urusan mereka
bergantung kepada keputusan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad. 2009. Tafsir
Ibnu katsir. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.
Hamka. 1982. Tafsir
Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjima.
Musthafa, Ahmad. 1992. Tafsir
Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang.
Shihab, M.
Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran). Jakarta: Lentera hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar