BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Shalat adalah ibadah yang dapat
membawa manusia sangat dekat kepada Allah. Di Dalam shalat terjadi dialog
antara manusia dan Allah. Dialog itu berlaku antara dua pihak yang saling
berhadapan. Selain itu, shalat adalah
ibadah yang dapat mencegah perbuatan keji dan munkar”. (Q.S Al-Ankabut:
45). Selanjutnya, dalam sebuah hadis dijelaskan: “Barang siapa yang shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan buruk dan
munkar, maka orang itu tidaklah bertambah dekat dengan Allah melainkan hanya
bertambah jauh.” (H.R Al-Thabarani).
Strategi mencapai sukses yang
telah terbukti keberhasilannya oleh para pendahulu yang telah mengukir tinta
emas dalam hidupnya sehingga sampai sekarang begitu banyak cahaya yang masih
menerangi kehidupan. Al-Quran telah
memberikan banyak isyarat dan petunjuk. Bahkan, kata shalat dengan berbagai
macam penyebutannya dan berbagai macam isyarat mengenai fungsinya bagi para
pelakunya, disebutkan sebanyak 234 kali. Kemudian saking pentingnya shalat bagi
kaum muslim, perintah untuk mengerjakan shalat disebut dalam al-Quran sebanyak
67 kali.
Tidak berlebihan jika shalat
disebut sebagai mi’raj-Nya orang-orang yang beriman, karena shalat merupakan
ibadah yang menghubungkan hamba kepada Khaliq-Nya. Artinya, orang yang beriman
dapat bertemu dengan Allah dalam shalatnya, sebagaimana Rasulullah saw. bertemu
dengan Allah ketika mi’raj.
Shalat yang dilakukan
berulang-ulang, lima kali dalam sehari semalam, mengangkat kita keluar dari
kesibukan kita dan meletakkan kita ke dalam suatu waktu yang suci. Shalat yang
demikian, akan menjadi kekuatan psikologis yang dahsyat, yang akan sanggup
membantu mengatasi segala kelemahan dalam menghadapi berbagai perubahan karena
shalat merupakan gerakan lembut, yang kekuatannya dapat mengembalikan kehidupan
kita ke semula.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian shalat?
2.
Bagaimana nilai dan kedudukan dalam ibadah shalat?
3.
Apa saja keistimewaan shalat?
4.
Apa saja manfaat shalat dalam perspektif kesehatan
jasmani dan rohani?
C.
Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian shalat
2.
Memahami nilai dan kedudukan dalam ibadah shalat
3.
Mengetahui keistimewaan shalat
4.
Mengetahui manfaat shalat dalam perspektif kesehatan
jasmani dan rohani
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat artinya
adalah doa. Sedangkan menurut istilah syariat, pengertian shalat adalah ibadah
yang terdiriri dari bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada Alah
(takbirah al-ihram) dan diakhiri
dengan salam.
Dalam al-Quran sering kali
disebut kata shalat. Tentu, hal ini menunjukan betapa pentingnya kedudukan
shalat dalam kehidupan ini. Bahkan, penyebutan kata shalat biasanya dikaitkan
dengan para nabi. Misalnya, doa Nabi Ibrahim a.s. yang dikisahkan di dalam
al-Quran,
Éb>u ÓÍ_ù=yèô_$# zOÉ)ãB Ío4qn=¢Á9$# `ÏBur ÓÉLÍhè 4
$oY/u ö@¬6s)s?ur Ïä!$tãß
“Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku.” (Q.S Ibrahim:40)
Dalam ayat yang lain, Allah swt. memuji sikap Nabi Ismail
a.s., “Dan ia menyuruh keluarganya untuk
mengerjakan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang di ridhoi
di sisi Tuhannya.” (Q.S Maryam:55)
Ketika memerintahkan Nabi Musa
a.s. untuk mendirikan shalat, Allah swt. berfirman, “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu). Sesunguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk meningatku.” (Q.S Tha
Ha: 13-14)
Melalui Nabi Musa a.s., Allah
swt. menjelaskan bahwa jika seseorang benar-benar telah mengenal Allah, maka
akal dan pikirannya, jiwa dan hatinya akan terpanggil untuk mendekat
kepada-Nya. Karena itulah, lanjutan ayat di atas mengajak agar beribadah dan
menyembah-Nya dengan menyebutkan bentuk ibadah dan ketundukan yang paling
sempurna, yaitu melaksanakan shalat.
B.
Nilai dan kedudukan
shalat
Demikian pentingnya kedudukan
shalat dalam Islam, sehingga Allah swt. menerangkan dalam Al-Quran tentang
shalat yang harus dikerjakan oleh seseorang dalam segala situasi dan kondisi
tertentu. Sesungguhnya kita semua adalah ciptaan Allah swt. kita tidak pernah
tahu apa yang akan dilakukan Allah terhadap kita. Namun, yakinlah bahwa jika
kita berada dalam situasi dan kondisi yang terimpit dalam kehidupan dunia,
kemudian kita bersimpuh di hadapan-Nya, niscaya Dia akan memberikan ketenangan
hati kepada kita. Ketenangan itu ada karena Allah memiliki kunci segala
sesuatu, termasuk kunci dari seluruh permasalahan yang kita hadapi.
Hubungan dengan menjadikan
shalat sebagai penolong adalah karena sesungguhnya shalat itu merupakan
hubungan dan pertemuan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Hubungan yang akan
menguatkan hati, hubungan yang dapat dirasakan oleh ruh, hubungan yang
memberikan bekal kepada jiwa dalam menghadapi realitas kehidupan dunia.
Apabila Rasulullah saw. menghadapi
suatu persoalan, beliau segera melakukan shalat, padahal beliau adalah orang
yang sangat erat hubungannya dengan Tuhannya, dan ruhnya selalu berhubungan
dengan wahyu. Sesungguhnya sumber yang memancar itu senantiasa dapat diperoleh
setiap mukmin yang menginginkan bekal di perjalanan.
C.
Keistimewaan Shalat
Dalam Islam, semua manusia
dipandang sama. Tidak ada perbedaan yang nampak antara seseorang dengan orang
lain dalam segala hal kecuali ketaatannya. Ketika shalat, semua manusia
melepaskan seluruh gelar dan status sosial yang disandangnya. Saat shalat,
seseorang berhadapan dengan Dzat yang Maha Pencipta, yang Mahabesar, Maha
Bijaksana, Allah swt.
Dalam shalat, terkandung
nilai-nilai yang sangat banyak bagi kebaikan manusia itu sendiri. Allah swt. menetapkan
shalat sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap insan yang hidup
di dunia karena kasih sayang Allah swt. terhadap manusia tidak diberikan kepada
makhluk lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam shalat di antaranya sebagai
berikut:
1.
Media Komunikasi
Shalat
merupakan media utama yang menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya. Hanya
dengan shalat seorang hamba dapat mencapai penghambatan yang sangat tinggi
kepada Allah swt. karena hal itu akan melahirkan perilaku yang lebih baik.
2.
Pengendalian perilaku dan perbuatan
Seseorang yang mendirikan shalat dengan baik dan benar, niscaya
perbuatannya akan terbimbing dengan baik.
3.
Cermin perbuatan
Dengan shalat, semua amal perbuatan akan tampak. Ketika hari perhitungan
kelak, yang pertama kali diperhitungkan adalah shalat.
4.
Kumpulan semua ibadah
Shalat adalah ibadah yang syumuliyah (menyeluruh)
dan sangat unik. Syumuliyah karena tidak pernah terpisahkan dari kehidupan
seorang mukmin. Unik, karena dalam shalat terkandung nilai-nilai dari seluruh ibadah
yang diwajibkan dalam rukun islam yang lima: syahadatain, shaum, zakat, dan haji.
Dalam shalat terkandung ucapan syahadatain, saat tasyahud awal maupun akhir,
juga ada makna puasa, yaitu tidak berbicara apapun, atau tidak makan dan minum
saat shalat. Terkandung makna zakat, sebagaimana di dalam shalat terdapat
kalimat-kalimat baik. Kalimat yang baik merupakan sedekah (zakat). Dalam shalat
juga terkandung makna haji, saat berjamaah dan menghadap satu arah kiblat yang
sama dengan satu tujuan, yaitu ridha Allah swt. dan penuh ketaatan serta
kepasrahan atas pelaksanaannya.
5.
Sarana pertolongan
Selain sebagai kewajiban, Allah swt. menetapkan shalat sebagai sarana untuk
memohon pertolongan kepada-Nya.
6.
Karakter mukmin
Shalat merupakan identitas seorang mukmin. Tanpa shalat, seseorang tidak
dapat dikatakan sebagai orang mukmin. Sebgaimana dalam ebuah hadis, Rasulullah
saw. bersabda, “Tidak ada pembeda antara
seorang hamba (Mukmin) dan kekufuran, melainkan meninggalkan shalat.” (H.R
Nasa’i)
7.
Cahaya dan pembimbing
Shalat adalah cahaya bagi yang melaksanakannya. Pada suatu hari, saat akan
tampak wajah-wajah manusia yang putih bercahaya dan yang hitam pekat. Dengan
shalat, seorang hamba akan tampak dengan wajah yang berseri-seri sehingga
Rasulullah saw. sangat menekankan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga dan
tidak meninggalkannya walaupun sesaat.
8.
Menenangkan hati dan menentramkan jiwa
Seseorang yang melaksanakan shalat dengan khusyuk, niscaya ia akan meraih
ketentraman dan ketenangan pada jiwanya. Dengan ketentraman hati, kebahagiaan
akan datang.
Shalat adalah sarana utama yang dapat menghilangkan rasa cemas, khawatir,
takut, gelisah, dan berbagai perasaan yang mengganggu hati. Bahkan, ketika
Rasulullah saw. mengetahui waktu shalat telah datang, pada waktu itu beliau
sedang sibuk dengan aktivitas dakwah yang sangat padat, beliau menyuruh Bilal
bin Rabah untuk mengumandangkan adzan. “Luangkanlah
kami untuk mendapat ketenangan dan kedamaian dengannya (shalat), wahai Bilal.” (H.R
Abu Dawud dan Ahmad)
D.
Manfaat Shalat
Dalam Perspektif Kesehatan Jasmani Dan Rohani
Shalat memiliki efek positif bagi tubuh, baik secara fisik, psikologis,
sosial, dan tentunya mencapai puncak spiritual. Dari aspek fisik, shalat
memiliki delapan posisi, meliputi posisi berdiri tegak, posisi duduk diantara
dua sujud, posisi sujud lagi, dan posisi tasyahud. Gerakan-gerakan ini
bermanfaat bagi kesehatan tubuh, di antaranya untuk melenturkan otot,
melancarkan sirkulasi darah sehingga pasokan darah ke seluruh tubuh menjadi
lancar, dan menyegarkan otak yang setiap hari kita pergunakan.
Kalau secara psikologis, efek positifnya bisa diurai menjadi beberapa
bagian, yaitu:
a.
Aspek relaksasi otot, yaitu kontrasi otot, pijatan dan
tekanan pada bagian tubuh tertentu sehingga menjadi tenang.
b.
Aspek relaksasi kesadaran indra, yaitu saat shalat
seolah-olah terbang menghadap Allah secara langsung tanpa perantara. Setiap
bacaan dan gerakan dihayati untuk menyadarkan diri.
c.
Aspek meditasi, yaitu ketika shalat dijalankan dengan
benar dan khusyuk hingga menjadikan kita fokus dan mampu berkonsentrasi. Karena
ketika shalat, seluruh jiwa raga akan digerakan dan difokuskan untuk mengingat
setiap gerakan, bacaan-bacaannya dan jumlah rakaat.
d.
Asep autosugesti, yaitu shalat dapat membimbing melalui
pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang
menyataan suatu keyakinan atau perbuatan.
e.
Aspek kataris, yaitu dalam shalat ada pengaduan dan
penyaluran karena shalat merupakan sarana hubungan manusia dengan Allah swt.
Shalat juga bisa membentuk kecerdasan sosial ketika berinteraksi dengan
sesama, terutama ketika shalat dilaksanakan secara berjamaah. Khusus untuk
shalat berjamaah, beragam manfaat akan kita dapatkan ketika melaksanakannya.
Tidak hanya pahala yang 27 derajat, namun ada hal lain, seperti:
a.
Dari aspek demokratis, seseorang bebas memukul beduk,
mengumandangkan adzan, melantunkan iqomah, pengisian barisan, dan pemilihan
imam. Setelah duduk mempunyai kebiasaan bersalaman, setelah selesai membaca
Al-Fatihah makmum mengucapkan amin, dan memanjatkan doa setelah selesai shalat.
b.
Dari aspek kebersamaan, shalat dapat menghindarkan dari
perasaan rendah diri sebab tidak ada jarak, karena setiap jamaah harus merapat
dan meluruskan barisan. Shalat berjamaah di masjid diharapkan akan mengalihkan
perhatian seseorang dari kesibukan yang menyita segala energi. Shalat berjamaah
akan memunculkan rasa saling membutuhkan di antara sesama manusia.
Selain manfaat tersebut, shalat juga memberikan energi spiritual sehingga
merasakan kesucian rohani, ketentraman hati, dan kedamaian jiwa. Apa yang
dilakukan alam shalat bisa membangkitkan suasana santai, jiwa yang tenang, dan
pikiran yang bebas. Efeknya, shalat dapat membangkitkan energi yang bisa
membebaskan manusia dari belenggu kegelisahan. Kontak rohani antara manusia dan
Tuhan selama shalat memberikan kekuatan spiritual yang memperbaharui harapan,
memperkuat tekad, dan memberi kekuatan luar biasa yang memungkinkannya
menanggung segala kesulitan.
1.
Makan yang
terkandung dalam bacaan shalat
Menurut Sabil El-Ma’rufie (2009) ada beberapa bagian bacaan yang kalau
dipahami akan memberikan efek luar biasa dalam diri, diantaranya adalah:
a.
Memantapkan niat.
Ketika
hendak mendirikan shalat, setelah berwudu, kemudian kita berniat untuk
melaksanakan shalat. Pengertian niat adalah menetapkan hati untuk shalat,
menghambakan diri kepada Allah swt. semata, serta menguatkannya dalam hati.
b.
Bacaan takbiratulihram.
Setelah
memantapkan niat, seraya menghadap ke arah kiblat, sambil mengangkat kedua
tangan sejajar dengan telinga, ucapkanlah kalimah “Allahu Akbar”. Bacaan ini mengajarkan untuk menempatkan Tuhan
sebagai suatu Zat Yang Maha Agung.
c.
Bacaan Ta’awwudz.
Seperti
yang terkandung dalam doa ta’awwudz, kita harus berlindung kepada Allah dalam
setiap kesempatan. Ingatlah, perlindungan yang hakiki hanya bisa dilakukan
Allah swt.
d.
Membaca surat AL-Fatihah
Dalam
surat al-fatihah terkandung seluruh ayat Al-Quran. Tauhidullah bisa dirasakan dari kalimat ‘Alhamudlillahi rabbil alamin’. Selain itu, ajaran ibadah terlihat
dari firmannya ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in’, artinya hanya kepada engkau (Allah) beribadah dan meminta
pertolongan. Lalu, dalam ayat yang lain ada semacam janji dan ancaman, jalan
kebahagiaan, kisah-kisah teladan, tauhid, dan beribadah hanya kepadanya.
e.
Membaca ‘amin.
Dengan
mengucapkan amin, kita diingatkan
untuk mengendalikan nafsu dan mensyukuri apa yang sudah didapatkan karena pada
prinsipnya, ketika kita bersyukur, setiap apa yang kita terima akan dilipat
gandakan oleh-Nya.
f.
Membaca surah Al-Quran.
g.
Bacaan ketika rukuk.
Setelah
seesai membaca surah pendek Al-Quran, kemudian rukuk dan membaca doanya. Dalam
doa rukuk mencerminkan keagunggan Allah swt. Pada setiap doa ada semacam pujian
kepada Sang Pencipta kehidupan, Allah swt. ini menandakan bahwa segala sesuatu
dalam hidup yang kita jalani semuanya diciptakan dalam kesucian sehingga perlu
kita jaga seutuhnya.
h.
Bacaan i’tidal.
Doa
i’tidal ini merupakan cerminan keagungan seorang manusia selaku hamba terhadap
sang pencipta, Tuhan semesta alam.
i.
Bacaan ketika sujud.
Sujud
adalah gerakan yang menandakan manusia tidak sombong. Setelah i’tidal,
selanjutnya adalah sujud sebagai pengakuan bahwa Tuhan itu Mahatinggi. Inilah
makna shalat yang membuat seseorang merasa kecil dibanding Allah swt.
j.
Bacaan duduk antara dua sujud.
Dalam
bacaan doa duduk antara dua sujud tersebut, kita diminta oleh-Nya untuk memohon
pengampunan dosa, kasih sayang, petunjuk atau hidayah dalam menjalani roda
kehidupan, dan diberi bekal rezeki yang lapang.
k.
Bacaan tasyahud.
Bacaan
tasyahud ini mengakui akan keagungan-Nya. Akhirnya, kita Selaku manusia
senantiasa ditempatkan pada posisi yang tepat dan berguna. Seperti yang
dikatakan Ibn Al-Qayyim Al-Jauzziyah, sambil duduk di atas kuda lututnya
seolah-olah dia menemukan dirinya sedang berada dihadapan tuannya dalam keadaan
cinta, takut, minta maaf, dan minta tolong dari nafsunya yang memerintahkan
kepada keburukan.
Posisi duduk tasyahud ini bisa membantu untuk
berkonsentrasi terhadap berbagai makna tasyahud, seperti yang dikatakan
Al-Ghazali, hal-hal yang zahir menggerakan hal-hal yang batin. Maksudnya,
keadaan orang yang shalat ketika duduk tasyahud akan membantunya untuk
membatasi perhatiannya pada posisi tersebut.
l.
Mengucapkan salam.
Salam
sebagai tanda berakhirnya gerakan shalat dilakukan dalam posisi duduk tasyahud
akhir setelah membaca doa meminta perlindungan atau tambahan doa lainnya dengan
menengok wajah ke kanan dan ke kiri. Makna dari salam ini adalah dalam hidup
kita harus senantiasa memperhatikan orang disekeliling kita. Jangan sampai kita
mementingkan diri sendiri, fokus mengejar prestasi dan impian-impian lainnya
tanpa melihat bagaimana nasib orang lain.
Itulah makna dari
setiap bacaan shalat. Intinya adalah kita harus berjuang memahami dan
menghayati makna dibalik bacaan shalat. Dengan begitu, shalat kita semakin
khusyu, berkualitas dan yakin akan diterima oleh Allah swt., dan tentunya hidup
kita selalu dibalut kesuksesan dan keberkahan.
2.
Manfaat atau hikmah
yang terkandung dalam gerakan shalat
Gerakan dalam shalat ditunjukan untuk suatu cinta, jadi harus senantiasa
mengisinya dengan landasan moral yang tulus dan ikhlas. Ahmad Syafi’i Ma’arif
mengatakan bahwa ketulusan itu berarti kejujuran, kebersihan, dan keikhlasan.
Ikhlas dalam bahasa Arab dapat diartikan dengan pengabdian yang tulus (sincere devotion). Kata sincere melukiskan manusia suci bersih,
sipercaya, bebas dari tipuan dan kepura-puraan, jujur, tulen, murni, dan terus
terang. Gerakan shalat tidak hanya untuk mendapatkan tubuh yang sehat, meskipun
tubuh sangat diperlukan untuk dapat beraktivitas dalam hidup ini. Lebih dari
itu, gerakan shalat akan menggambarkan rasa cinta kepada-Nya.
Shalat merupakan aktivitas fisik, dan setiap orang dari berbagai usia dapat
melakukannya. Gerakannya yang halus dan mengalir, memungkinkan fisik dan jiwa
brkembang hebat. Tidak salah kalau banyak ahli kesehatan dalam melakukan terapi
pengobatan menganjurkan kepada pasiennya untuk banyak shalat, baik shalat wajib
maupun shalat sunah.
Mahmud Ahmad Najib (1990) mengatakan bahwa gerakan shalat secara teratur
dan terus-menerus membuat persendian lentur, tidak kaku, tulang menjadi kuat,
tulang punggung tidak bengkok, memperlancar peredaran darah, serta mencegah
kekakuan dan penyumbatan pembuluh darah (dalam Muhammad Soleh dan Imam
Musbikin, 2005: 240-241).
Selain itu, postur, irama, gerak ritmik tubuh ketika shalat mulai dari
berdiri, mengucapkan takbir, lalu rukuk, menunduk, sujud dan terakhir salam,
menunjukan hidup selalu mengikuti daur kehidupan yang dinamis (life cycling) (2005: 240-241).
Dengan daur kehidupan ini, Hembing Wijayakusuma mengatakan gerakan shalat
adalah suatu cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang seluas-luasnya,
dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Menurutnya, gerakan shalat dapat mengurangi
dan mencegah penyakit jantung. Hidup tenang memungkinkan setiap orang bebas
dari tekanan dan stres yang memicu rentannya terkena serangan jantung dan darah
tinggi.
Posisi gerakan tubuh dalam shalat akan terasa manfaatnya bagi kesehatan,
seperti yang dijelaskan oleh Imam Masbukin (2005), Muhammad sholeh (2008), dan
Sentot Haryanto (2003), sebagai berikut:
1.
Gerakan takbiratulihram
Kita
berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga, lalu bersedekap.
Gerakan ini akan melancarkan aliran darah dan menguatkan otot lengan. Tepatnya
ketika kedua tangan diangkat dan sejajar dengan dada, itu telah membuka ruang
pada jantung untuk memompa darah dengan leluasa. Otot dada menjadi terbuka
sehingga diafragma menjadi memiliki ruang lebih. Ketika bersedekap, posisi ini
akan menghindarkan dari gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Posisi ini juga menguatkan kepribadian sehingga menimbulan kebaikan hati dan
keselarasan batin.
2.
Gerakan rukuk
Rukuk yang kita lakukan mesti menempatkan
tulang belakang selurus mungkin sehingga bila diletakan segelas air di atas
punggung tidak tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Postur ini
akan menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga
tubuh dan pusat saraf.
Sementara tangan yang bertumpu di lutut, berfungsi untuk mengendurkan
otot-otot bahu hingga ke bawah, dan otot-otot paha sampai betis agar lebih
lentur dan pelemasan setelah seharian beraktivitas. Selain itu, rukuk adalah latihan
kemih untuk mencegah gangguan prostat.
Bagi yang melakukan rukuk, yang merundukan posisinya, yang merendahkan diri
kepada Allah, dia akan merasa kuat dan perkasa, sebab dia merendahkan diri di
hadapan Allah karena rindu, dan bukan suatu kerinduan palsu yang ditunjukan
kepada selain Dia.
3.
Gerakan i’tidal
Pada
posisi ini, kita bangkit dari rukuk sehingga darah segar bergerak naik kembali
ke keadaan semula. Begitu juga tubuh akan santai kembali dan melepaskan
ketegangan. Gerak berdiri untuk sujud dapat melatih pencernaan. Organ
pencernaan perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian sehingga
menjadi lebih lancar.
4.
Gerakan sujud
Profesor
Hembing mengatakan, bahwa pada gerakan sujud, semua otot akan mengalami
kontraksi. Akibatnya, bukan saja otot-otot yana akan menjadi lebih besar dan
kuat, tetapi juga membuat urat-urat darah, seperti pembuluh nadi (arteria), pembuluh darah balik (venae), dan urat-urat getah bening (lympha) akan terpijat atau terurut,
sehingga membuat peredaran darah dan lympha menjadi lancar.
Dia
juga menegaskan bahwa sujud sangat baik untuk membantu pekerjaan jantung dan
menghindari mengerutnya dinding-dindingpembuluh darah. Sewaktu melakukan sujud,
maka darah akan dikirim ke otak, berkumpul di otak, dan mengalirkan kebutuhan
oksigen untuk otak. Bahkan, menurut ahli kesehatan, otak membutuhkan 20 persen
oksigen dari seluruh oksigen yang masuk ke dalam tubuh.
Kemudian,
setelah sujud, lalu duduk atau berdiri kembali sehingga darah turun dari otak
dan kembali lagi ke seluruh tubuh sesuai dengan fisiologi tubuh. Proses
sirkulasi darah itu mengangkut darah yang baru untuk memberikan zat pembakar
(oksigen) kepada jarinan-jaringan tubuh.
Khusus
untuk wanita, baik rukuk maupun sujud, memiliki manfaat luar biasa bagi
kesuburan dan keseshatan organ kewanitaan. Khusus untuk wanita, ketika
bersujud, otot-ototnya akan menjadi leih besar dan kuat, terutama otot dada
sebagai otot sela iga dalam.
5.
Gerakan duduk
Posisi
duduk, baik iftirasy (tahiat awal)
mupun tawarruk (tahiat akhir) akan
menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya
tidak mampu berjalan. Duduk tahiat akhir sangay baik bagi pria sebab tumit
menekan aliran kandung kemih (Urethra)
dan kelenjar kelamin pria (prostat). Jika
dilakukan dengan benar, akan mencegah impotensi. Seluruh otot tungkai turut
meregang dan kemudian relaks kembali. Gerakan dan tekanan harmonis inilah yang
menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak.
6.
Salam
Ketika mengakhiri
shalat, kepala diputar ke kanan dan ke kiri sehingga otot sekitar leher dan
kepala melakukan gerakan yang bertujuan melancarkan aliran darah dari kepala.
Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Begitu banyak hikmah atau kandungan manfaat dari gerakan shalat ini. Ekky
Tammarar, membuat karya tulis yang menkajubkan tentang pengaruh rukuk dan sujud
terhadap daya ingat. Menurutnya Ekky Tammarar, dalam tulisnnya, saat melakukan
rukuk, posisi organ jantung dan kepala sejajr. Hal ini menyebabkan tekanan
darah dan kecepatan darah di kepala meningkat dibandingkan saat posisi kepala
sejajar dengan jantung dan saat posisi kepala lebih tinggi daripada jantung.
Pada kedua posisi tersebut, posisi kepala berubah menjadi sejajar atau
lebih rendah, maka sesuai dengan hukum Bernoulli mengenai kekekalan energi,
pengurangan ketinggian tersebut diimbangi dengan peningkatan tekanan dan energi
kinetik. Peningkatan energi kinetik menyebabkan peningkatan laju aliran darah
di kepala. Sesuai dengan hukum kontinuitas, maka peningkatan laju darah di
kepala, akan meningkatkan debit darah yang ada di kepala.
Kerja otak dalam hal ini daya ingat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang
dibawa oleh darah. Kandungan darah terutama oksigen dan glukosa sangat
diperlukan setiap sel dalam tubuh untuk menghasilkan energi yang digunakan
untuk berbagai macam aktivitas, dalam hal ini adalah sel-sel di otak yang
terdiri dari banyak saraf. Peningkatan volume dan tekanan darah di otak atau
bisa disebut sebagai peredaran darah yang lebih lancar, menyebabkan kerja otak
menjadi lebih baik. Inilah yang membuat kekuatan otak meningkat ketika dipakai
untuk belajar atau menghafal.
3.
Keshalehan
spiritual
Manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik bentuk. Sebagai makhluk
pilihan, tugasnya sebagai khalifah di bumi tidaklah mudah. Tugas manusia
sekaligus kebutuhan manusia adalah senantiasa beribadah kepada Allah. Namun
demikian, dalam tubuh dan jiwanya, manusia banyak dipenuhi dan dipengaruhi oleh
“lingkungan” yang tidak “bersih diri”, seperti kegelisahan, cemas, serakah,
iri, dengki dan berbagai persoalan negatif lainnya. Tidak “bersih diri”
merupakan “penjelmaan” iblis yang sengajan ditularkan kepada manusia seperti
halnya penyebaran virus flu burung yang sangat mematikan.
Menghadapi penyebaran dan terjangkitnya virus yang mematikan itu, Allah
telah menyediakan obat antivirus yang sangat paten, yakni dengan berdzikir
(mengingat) kepada Allah. Setan, iblis dan konco-konconya tidak mampu membawa
“virusnya” ke dalam tubuh dan pikiran manusia apabila mereka senantiasa berdzikir
kepada Allah. Karena, sebaik-baiknya dzikir adalah menegakkan shalat dengan
baik dan benar. Tanpa shalat, spiritual seseorang akan kering atau “liar”,
kalau tidak mau dikatakan spiritualnya “kafir”. Bershalatlah dengan bacaan
mulia terjadi dialog intim dan membuat semakin dekat antara hamba dengan sang
Ilahi.
BAB
III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Dari makalah tentang “Pengaruh Shalat Terhadap Kesehatan Jasmani dan
Rohani” ini dapat disimpulkan.
Menurut bahasa, shalat artinya adalah doa. Sedangkan
menurut istilah syariat, pengertian shalat adalah ibadah yang terdiriri dari
bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada Alah (takbirah al-ihram) dan diakhiri dengan
salam.
Demikian pentingnya kedudukan shalat dalam Islam, sehingga Allah swt.
menerangkan dalam Al-Quran tentang shalat yang harus dikerjakan oleh seseorang
dalam segala situasi dan kondisi tertentu.
Nilai-nilai yang terkandung dalam shalat di antaranya
sebagai berikut: Media komunikasi, Pengendalian perilaku dan perbuatan, Cermin
perbuatan, Kumpulan semua ibadah, Karakter mukmin, Cahaya dan pembimbing, dan Menenangkan
hati serta menentramkan jiwa.
Selain itu, pelaksanaan ibadaha shalat juga memiliki banyak manfaat, baik
bagi kesehatan, mental dan kecerdasan. Apalagi jika ibadah shalat dilakukan
secara benar bukan asal-asalan maka akan menambah manfaat. Sehingga dari
shalat, dapat menjadikan manusia sebagai makhluk bertuhan yang taat serta sehat
jasmani dan rohaninya.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber wawasan
baru dan semoga pembaca tidak puas dengan ilmu yang ada di dalam makalah ini.
Untuk itu, penulis menyarankan agar pembaca mencari sumber bacaan lain untuk memperkuat
ilmu yang ada di dalam makalah ini dan menambah lagi wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Enjang AS. 2010. Dahsyatnya Shalat: Kunci
Sukses Dunia dan Akhirat. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Rachman, M. Fauzi. 2007. Shalat For
Character Building: Buat Apa Shalat Kalau Akhlak Tidak Menjadi Lebih Baik. Bandung:
PT Mizan Pustaka.
Fatikhin., dan Saifudin Muhammad. 2009. Shalat
Top: Terjaga Oleh Pengetahuan.
Bandung: Salamadani.
Sholeh, Mohammad., dan Imam Musbikin. 2005. Agama Sebagai Terapi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sholeh, Mohammad. 2008. Terapi Shalat
Tahajud: Menyembuhkan Berbagai penyakit.
Jakarta: Hikmah.
Azwar, Bahar. 2004. Ketika Dokter
Memaknai Shalat: Manfaat Mendirikannya Dipandang
dari Sudut Ilmu Kesehatan. Depok: PT Kawan Pustaka.
Wratsongko, Madyo., dan Sagiran. 2006. Mukjizat
Gerakan Shalat: untuk Pencegahan dan
Perawatan Kesehatan. Depok: Qultum Media.
Sholahudin, wahid. 2007. Sukses
Berinvestasi Shalat: Hidup Bahagia Dunia dan
Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Tauhid Nur Azhar dan Eman Sulaiman. 2007. Simbol-Simbol Shalat: Anda Tahu Makna
Cintai Shalat. Bandung: MadaniA Prima.
Syaikh Jalal Muhamad Syafi’i. 2006. The
Power Of Shalat. Bandung: MQ Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar