LAPORAN
HASIL KONSELING PSIKOTERAPI ISLAM
Dianjukan Untuk
Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Psikoterapi Islam
Dosen Pengampu:
Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag.
Disusun oleh:
Marlina 1144010101
BKI-V
C
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
A.
REKAM JEJAK KASUS
B.
TEORI
Melihat ke
belakang budaya minum-minuman keras memang sudah ada sejak dulu, di berbagai
daerah. Setiap kebudayaan di Indonesia pun memiliki kebiasaan meminum miras. Individu
yang mempunyai kebiasaan meminum minuman keras juga tidak sulit untuk kita temukan
di sekitar lingkungan kita. Padahal perilaku seseorang merupakan bentuk respon
atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang). Namun
dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama
bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Dalam pandangan Rational
Emotive Therapy, menekankan bahwa manusia mempunyai pola pikir, emosi, dan
bertindak secara stimultan.
1.
Konsep Kepribadian
Dalam Rational Emotive Therapy
Rational
emotive therapy merupakan aliran psikoterapi yang berasumsi bahwa manusia
difitrahkan memilki potensi, dan potensi itu untuk berpikir rasional, maupun
untuk berpikir irrasional. Manusia juga mempunyai keinginan untuk mengembangkan
dan melindungi dirinya sendiri. Selain itu manusia juga menginginkan
kebahagiaan dan bergaul dengan orang-orang disekitarnya, dengan cara
mengaktualkan diri (Kamalasari. 2011: 201-202). Namun manusia juga memiliki
kecenderungan untuk menghancurkan dirinya sendiri, menghindari kenyataan, dan
mencela dirinya sendiri karena telah menyesali perbuatannya. Terkadang manusia
juga memasrahkan diri kepada Tuhan, dan manusia, karena sudah merasa lelah
dengan apa yang telah dia alami (Latipun. 2005: 106).
2.
Hakikat manusia
Tidak jauh
berbeda dengan pandangan manusia dalam Rasional Emotif Terapi, teori ini
mempunyai beberapa asumsi tentang kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam
hubungannya dengan dinamika perasaan dan pikiran itu. Ellis (1994) merumuskan
hakikat manusia itu terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah (Lumongga.
2011: 159):
a.
Individu itu pada dasarnya unik,
yang memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irasional.
b.
Reaksi “emosional” dilatar belakangi
oleh intropeksi diri, interpretasi, dan filosofi yang didasari ataupun tidak
didasari oleh individu.
c.
Hambatan psikologis atau emosional
adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.
d.
Berpikir irrasional diawali dengan
belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat
dibesarkan.
e.
Berfikir secara irrasional akan
tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis
menunjukkan cara berfikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan
cara berfikir yang tepat pula.
f.
Menunjukkan pada klien bahwa
verbalisasi diri telah menjadi sumber hambatan emosional.
g.
Membenarkan bahwa verbalisasi diri
adalah tidak logis dan irasional.
h.
Membenarkan atau melu ruskan cara
berfikir dengan verbalisasi diri yang lebih logis dan efisien.
3.
Teknik Kognitif
dalam Terapi Rasional Emotif
Teknik-teknik
kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa
Ketut menerangkan ada tiga teknik besar dalam teknik-teknik kognitif, yaitu:
a.
Teknik Pengajaran
Dalam Terapi Rasional Emotif Behavior, konselor mengambil peranan
lebih aktif. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara
serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana
ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada
klien tersebut.
b.
Teknik Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang
ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan
berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah
tidak benar
c.
Teknik Konfrontasi
Konselor menyerang ketidaklogikaan berfikir klien dan membawa klien
ke arah berfikir yang lebih logis.
4.
Tahapan
Konseling
Dalam Rasional Emotif
Behavior Terapi ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh konselor ketika melakukan
konseling, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tahap-tahap tersebut adalah:
a.
Proses untuk menunjukkan kepada klien bahwa dirinya sedang
berfikir yang tidak rasional, dengan begitu, kewajiban seorang konselor
menunjukkan, dan memahamkan klien kenapa dia bisa mengalami hal yang demikian,
Kemudian menunjukkan kepada klien hubungan antara pemikiran yang tidak
rasional, dengan permasalahan yang sedang dia alami, dan gangguan emosional yag
sedang dialami oleh klien. Dengan begitu klien akan sadar dimana titik
permasalahan yang sedang dialami olehnya.
b.
Yang selanjutnya tugas konselor adalah meyakinkan klien
bahwasannya berpikir itu dapat dilawan dan diubah, sesuai dengan keinginan
klien. Utuk itulah tugas konselor agar klien mempunyai kemauan dan keyakinan
bahwasannya dia mampu untuk mengeksplorasi pemikirannya, dengan bantuan dan
bimbingan konselor.
c.
Dan yang terakhir adalah membimbing dan membantu klien untuk
melawan pemikirannya yang selama ini tidak rasional, yang selama ini telah
dipertahankan sampai akhirnya dia mempunyai permasalahan, dalam tahap ini
konselor mendoktrinasi klien agar klien mampu untuk merubah pemikiran dan
tingkah laku yang rasional. Sampai akhirnya klien mampu untuk menyelesaikan
permasalahannya. Dan akhirnya klien bisa hidup sejahtera, bahagia dan bisa
menyeimbangkan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
5.
Minuman Keras
a.
Pengertian
Minuman Keras dan Mabuk
Minuman keras
adalah minuman yang mengandung alkohol dengan berbagai golongan terutama etanol
dengan kadar tertentu yang mampu membuat peminumnya menjadi mabuk atau
kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah tertentu. Sedangkan Mabuk
merupakan keadaan keracunan karena meminum alkohol sampai kondisi dimana
terjadi penurunan kemampuan mental dan fisik, dimana kondisi psikologis
tersebut dapat didefinisikan berbentuk gejala umum antara lain bicara tidak
jelas, keseimbangan kacau, koordinasi buruk, muka semburat, mata merah, dan
kelakuan-kelakuan aneh lainnya.
b.
Dampak Negative
Minuman Keras
Beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan oleh minum-minuman keras adalah sebagai berikut:
1)
Mengalami kerisis kejiwaan,
maksudnya orang-orang yang mengalami krisis kejiwaan pada mulanya hendak
menghilangkan tekanan jiwanya dengan cara meminum khamer, agar seluruh tekanan
tersebut dapat dilupakan. Tetapi pada kenyataannya setelah pengaruh minuman
keras tersebut sudah hilang, maka jiwanya akan semakin tertekan dan akan
membutuhkan minuman keras lebih banyak lagi. Yang akhirnya kerisi kejiwaan
selamanya tak kan bisa dihilangkan atau dihindarkan melalui cara meminum khamer
(Ahmadi. 1996: 96).
2)
Tidak diragukan lagi bahwa khamer
melemahkan kepribadian dan menghilangkan potensi-potensi terutama akal.
C.
Bentuk Layanan yang Diberikan
Setelah
melakukan pendekatan dan mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh Agus.
Maka saya melakukan pendampingan yang bertujuan untuk membantu dia agar
berpikir rasional, supaya tidak lagi minum-minuman keras. Langkah-langkah yang
diberikan kepadanya dengan cara sebagai berikut:
1.
Mencoba untuk membandingkan
kebiasaan dia meminum-minuman keras, dengan realita yang ada. Dalam artian dia
adalah seorang pemuda yang seharusnya menjauhkan diri dari minuman keras.
Karena pemuda itu sebagai penerus bangsa, maka bagaimana bisa suatu negara akan
maju jika pemudanya sendiri tidak produktif disebabkan seringkali mengkonsumsi
minuman keras yang akan mengikis pemuda yang berkualitas.
2.
Langkah selanjutnya saya membandingkan
lagi keranah sosial keagamaan. Seharusnya ia lebih rajin, dan rutin dalam
melakukan perintah agama, bukan malah sebaliknya seperti apa yang dilakukan
olehnya selama ini. Dengan begitu diharapkan dia bisa kembali untuk mengingat.
3.
Berusaha membantu dia agar bisa menghindarkan
diri dari ide-ide irrasionalnya, dan berusaha menghubungkan antara ide tersebut
dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4.
Menyarankan dia untuk tidak terlalu
banyak bergaul dengan para peminum minuman keras.
5.
Proses yang selanjutnya yang
dilakukan adalah memberikan beberapa pembelajaran dari fakta dan realita yang
ada, untuk itu dia diajak untuk melakukan hal-hal positif.
Dalam melakukan
langkah yang positif ini saya mencoba memberikan aktivitas terapi sebagai
berikut:
1.
Terapi Shalat
Shalat
merupakan gerakan fisik dan mental dalam rangka berkomunikasi dengan Allah SWT.
Setiap gerakan shalat dianggap memiliki hubungan dengan kesehatan fisik, yang
secara otomatis akan memberikan dampak pada kesehatan jiwa. Menurut
Djamaluddin bahwa aspek-aspek bagi kesehatan jiwa yang terdapat dalam sholat
ada tiga, yaitu:
a.
Aspek olahraga. Sholat adalah suatu
ibadah yang menuntut aktifitas, konsentrasi otot, tekanan dan “pijatan” pada
bagian tertentu yang merupakan proses relaksasi (pelemasan).
b.
Aspek meditasi. Setiap muslim
dituntut agar dapat menjalankan sholat secara khusuk, yang dapat dikategorikan
sebagai suatu proses meditasi. Hal ini akan membawa kepada ketenangan jiwa.
c.
Aspek auto-sugesti. Bacaan dalam
sholat dipanjatkan ke hadirat Illahi, yang berisi puji-pujian atas keagungan
Allah dan do’a serta permohonan agar selamat dunia dan akhirat. Proses sholat
pada dasarnya adalah terapi selfhypnosis (pengobatan terhadap diri sendiri).
2.
Terapi dengan Membaca Al-Quran
Al-Quran
sebagai media dalam memberikan pelayanan penyembuhan pada gangguan kesehatan,
fisik maupun psikis. Terapi dengan Al-Quran ini dibagi menjadi dua, yaitu (1)
membacanya dengan penuh konsenrasi, (2) memahami kandungan yang terdapat dalam
ayat-ayatnya.
Dengan permasalahan yang dialami oleh klien
yang suka minum-minuman keras, maka dua terapi ini sangat membantu dalam proses
penyembuhannya. Dalam prosesnya juga pada minggu-minggu pertama saya selalu
mengingatkan dia untuk shalat ketika sudah memasuki waktunya, lewat pesan
singkat. Setelah shalat saya selalu mengingatkan dia untuk selalu membaca
Al-Quran walaupun hanya satu ayat. Proses terapi ini dilakukan sudah hampir dua
bulan.
D.
EVALUASI
Setelah berjalannya proses konseling Islam dengan Rational
Emotif Therapy dan terapi shalat serta terapi membaca Al-Quran untuk
mengubah perilaku Agus yang suka minum-minuman keras. Setelah beberapa kali
saya mengkrosceknya lewat sambungan telepon untuk menanyakan
perubahan-perubahnannya. Selain saya menanyakan langsung kepada Agus, untuk
memastikan apa yang di katakana oleh Agus itu benar atau tidak terkadang saya
sering menanyakan kepada temannya. Ternyata memang benar, dari yang biasanya
Agus suka minum-minuman keras perlahan-lahan mulai ia tinggalkan. Selain itu
juga dari tadinya ia yang jarang melakukan shalat, kini ia mengalami perubahan
meskipun sesekali terkadang shalat itu ia tinggalkan. Dalam proses pelaksanaan
terapi ini dikatakan berhasil karena adanya
perubahan positif yang terjadi pada dirinya. Meskipun dalam prosesnya yang
kurang maksimal, karena terkendala oleh jarak dan memantaunya hanya lewat
telepon atau video call.
Perubahan itu ditunjukan oleh presentase sebagai berikut
Tabel 1
Hasil wawancara waktu (hari) klien minum-minuman keras
Klien minum miras
|
Senin
|
Sabtu
|
Jumat
|
Kamis
|
Selasa
|
Rabu
|
Minggu
|
Tabel 2
Waktu (hari) klien minum-minuman keras ada perubahan yang terjadi
Klien minum miras
|
Senin
|
Sabtu
|
Jumat
|
Kamis
|
Selasa
|
Rabu
|
Minggu
|
Keterangan
warna:
Hitam: klien pasti minum-minuman keras
Merah:
klien kadang-kadang minum-minuman
keras
Orange: klien tidak minum-minuman keras.
Tabel 3
Perilaku klien sebelum dilakukan terapi
No
|
Perilaku Akibat Klien Minum
|
Keterangan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Marah-marah
tetapi tidak jelas penyebabnya
|
|
√
|
|
|
2.
|
Jenuh
|
|
√
|
|
|
3.
|
Keras
kepala
|
|
√
|
|
|
4.
|
Melakukan
perintah agama
|
|
|
√
|
|
5.
|
Berbicara
kotor
|
√
|
|
|
|
Tabel 4
Perilaku klien sesudah dilakukan terapi
No
|
Perilaku Akibat Klien Minum
|
Keterangan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Marah-marah
tetapi tidak jelas penyebabnya
|
|
|
√
|
|
2.
|
Jenuh
|
|
|
√
|
|
3.
|
Keras
kepala
|
|
√
|
|
|
4.
|
Melakukan
perintah agama
|
|
√
|
|
|
5.
|
Berbicara
kotor
|
|
|
√
|
|
Keterangan:
1.
Rutin 3. Jarang
2.
Sering 4. Tidak
Mulai
dari berjalannya proses konseling klien mengalami perubahan, karena klien
menyadari bahwa perilaku yang selama ini tidak baik untuk dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.
1996. Desa Dalam Islam. Jakarta:
Renika Cipta.
Corey, Gerald, Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika Aditama, 2007.
Fajar, Dadang
Ahmad. 2015. Psikoterapi Religius. Cianjur: Darr al-Dzikir Press.
Kamalasari,
Gantina. 2011. Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Latipun. 2005. Psikologi
Konseling. Malang: UMM Press.
Lumongga. Namora
Lubis. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Pratik. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar