Rabu, 17 Mei 2017

PSIKOTERAPI ISLAM: Menangani kasus dengan metode Terapi Shalat dan RET (Rational Emotive Therapy)



LAPORAN HASIL KONSELING PSIKOTERAPI ISLAM
Dianjukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Psikoterapi Islam
Dosen Pengampu: Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag.


Disusun oleh:
Marlina            1144010101

BKI-V C

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016


A.      REKAM JEJAK KASUS

B.       TEORI
Melihat ke belakang budaya minum-minuman keras memang sudah ada sejak dulu, di berbagai daerah. Setiap kebudayaan di Indonesia pun memiliki kebiasaan meminum miras. Individu yang mempunyai kebiasaan meminum minuman keras juga tidak sulit untuk kita temukan di sekitar lingkungan kita. Padahal perilaku seseorang merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang). Namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Dalam pandangan Rational Emotive Therapy, menekankan bahwa manusia mempunyai pola pikir, emosi, dan bertindak secara stimultan.

1.        Konsep Kepribadian Dalam Rational Emotive Therapy
Rational emotive therapy merupakan aliran psikoterapi yang berasumsi bahwa manusia difitrahkan memilki potensi, dan potensi itu untuk berpikir rasional, maupun untuk berpikir irrasional. Manusia juga mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan melindungi dirinya sendiri. Selain itu manusia juga menginginkan kebahagiaan dan bergaul dengan orang-orang disekitarnya, dengan cara mengaktualkan diri (Kamalasari. 2011: 201-202). Namun manusia juga memiliki kecenderungan untuk menghancurkan dirinya sendiri, menghindari kenyataan, dan mencela dirinya sendiri karena telah menyesali perbuatannya. Terkadang manusia juga memasrahkan diri kepada Tuhan, dan manusia, karena sudah merasa lelah dengan apa yang telah dia alami (Latipun. 2005: 106).


2.        Hakikat manusia
Tidak jauh berbeda dengan pandangan manusia dalam Rasional Emotif Terapi, teori ini mempunyai beberapa asumsi tentang kebahagiaan dan ketidak bahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika perasaan dan pikiran itu. Ellis (1994) merumuskan hakikat manusia itu terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah (Lumongga. 2011: 159):
a.       Individu itu pada dasarnya unik, yang memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irasional.
b.      Reaksi “emosional” dilatar belakangi oleh intropeksi diri, interpretasi, dan filosofi yang didasari ataupun tidak didasari oleh individu.
c.       Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.
d.      Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan.
e.       Berfikir secara irrasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berfikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berfikir yang tepat pula.
f.       Menunjukkan pada klien bahwa verbalisasi diri telah menjadi sumber hambatan emosional.
g.      Membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis dan irasional.
h.      Membenarkan atau melu ruskan cara berfikir dengan verbalisasi diri yang lebih logis dan efisien.

3.        Teknik Kognitif dalam Terapi Rasional Emotif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut menerangkan ada tiga teknik besar dalam teknik-teknik kognitif, yaitu:
a.       Teknik Pengajaran
Dalam Terapi Rasional Emotif Behavior, konselor mengambil peranan lebih aktif. Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b.      Teknik Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar
c.       Teknik Konfrontasi
Konselor menyerang ketidaklogikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logis.  

4.      Tahapan Konseling
Dalam Rasional Emotif Behavior Terapi ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh konselor ketika melakukan konseling, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tahap-tahap tersebut adalah:
a.       Proses untuk menunjukkan kepada klien bahwa dirinya sedang berfikir yang tidak rasional, dengan begitu, kewajiban seorang konselor menunjukkan, dan memahamkan klien kenapa dia bisa mengalami hal yang demikian, Kemudian menunjukkan kepada klien hubungan antara pemikiran yang tidak rasional, dengan permasalahan yang sedang dia alami, dan gangguan emosional yag sedang dialami oleh klien. Dengan begitu klien akan sadar dimana titik permasalahan yang sedang dialami olehnya.
b.      Yang selanjutnya tugas konselor adalah meyakinkan klien bahwasannya berpikir itu dapat dilawan dan diubah, sesuai dengan keinginan klien. Utuk itulah tugas konselor agar klien mempunyai kemauan dan keyakinan bahwasannya dia mampu untuk mengeksplorasi pemikirannya, dengan bantuan dan bimbingan konselor.
c.       Dan yang terakhir adalah membimbing dan membantu klien untuk melawan pemikirannya yang selama ini tidak rasional, yang selama ini telah dipertahankan sampai akhirnya dia mempunyai permasalahan, dalam tahap ini konselor mendoktrinasi klien agar klien mampu untuk merubah pemikiran dan tingkah laku yang rasional. Sampai akhirnya klien mampu untuk menyelesaikan permasalahannya. Dan akhirnya klien bisa hidup sejahtera, bahagia dan bisa menyeimbangkan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
5.      Minuman Keras
a.      Pengertian Minuman Keras dan Mabuk
Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol dengan berbagai golongan terutama etanol dengan kadar tertentu yang mampu membuat peminumnya menjadi mabuk atau kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah tertentu. Sedangkan Mabuk merupakan keadaan keracunan karena meminum alkohol sampai kondisi dimana terjadi penurunan kemampuan mental dan fisik, dimana kondisi psikologis tersebut dapat didefinisikan berbentuk gejala umum antara lain bicara tidak jelas, keseimbangan kacau, koordinasi buruk, muka semburat, mata merah, dan kelakuan-kelakuan aneh lainnya.
b.      Dampak Negative Minuman Keras
Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh minum-minuman keras adalah sebagai berikut:
1)      Mengalami kerisis kejiwaan, maksudnya orang-orang yang mengalami krisis kejiwaan pada mulanya hendak menghilangkan tekanan jiwanya dengan cara meminum khamer, agar seluruh tekanan tersebut dapat dilupakan. Tetapi pada kenyataannya setelah pengaruh minuman keras tersebut sudah hilang, maka jiwanya akan semakin tertekan dan akan membutuhkan minuman keras lebih banyak lagi. Yang akhirnya kerisi kejiwaan selamanya tak kan bisa dihilangkan atau dihindarkan melalui cara meminum khamer (Ahmadi. 1996: 96).
2)      Tidak diragukan lagi bahwa khamer melemahkan kepribadian dan menghilangkan potensi-potensi terutama akal.

C.      Bentuk Layanan yang Diberikan
Setelah melakukan pendekatan dan mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh Agus. Maka saya melakukan pendampingan yang bertujuan untuk membantu dia agar berpikir rasional, supaya tidak lagi minum-minuman keras. Langkah-langkah yang diberikan kepadanya dengan cara sebagai berikut:
1.        Mencoba untuk membandingkan kebiasaan dia meminum-minuman keras, dengan realita yang ada. Dalam artian dia adalah seorang pemuda yang seharusnya menjauhkan diri dari minuman keras. Karena pemuda itu sebagai penerus bangsa, maka bagaimana bisa suatu negara akan maju jika pemudanya sendiri tidak produktif disebabkan seringkali mengkonsumsi minuman keras yang akan mengikis pemuda yang berkualitas.
2.        Langkah selanjutnya saya membandingkan lagi keranah sosial keagamaan. Seharusnya ia lebih rajin, dan rutin dalam melakukan perintah agama, bukan malah sebaliknya seperti apa yang dilakukan olehnya selama ini. Dengan begitu diharapkan dia bisa kembali untuk mengingat.
3.        Berusaha membantu dia agar bisa menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4.        Menyarankan dia untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan para peminum minuman keras.
5.        Proses yang selanjutnya yang dilakukan adalah memberikan beberapa pembelajaran dari fakta dan realita yang ada, untuk itu dia diajak untuk melakukan hal-hal positif.
Dalam melakukan langkah yang positif ini saya mencoba memberikan aktivitas terapi sebagai berikut:
1.    Terapi Shalat
Shalat merupakan gerakan fisik dan mental dalam rangka berkomunikasi dengan Allah SWT. Setiap gerakan shalat dianggap memiliki hubungan dengan kesehatan fisik, yang secara otomatis akan memberikan dampak pada kesehatan jiwa. Menurut Djamaluddin bahwa aspek-aspek bagi kesehatan jiwa yang terdapat dalam sholat ada tiga, yaitu:
a.         Aspek olahraga. Sholat adalah suatu ibadah yang menuntut aktifitas, konsentrasi otot, tekanan dan “pijatan” pada bagian tertentu yang merupakan proses relaksasi (pelemasan).
b.        Aspek meditasi. Setiap muslim dituntut agar dapat menjalankan sholat secara khusuk, yang dapat dikategorikan sebagai suatu proses meditasi. Hal ini akan membawa kepada ketenangan jiwa.
c.         Aspek auto-sugesti. Bacaan dalam sholat dipanjatkan ke hadirat Illahi, yang berisi puji-pujian atas keagungan Allah dan do’a serta permohonan agar selamat dunia dan akhirat. Proses sholat pada dasarnya adalah terapi selfhypnosis (pengobatan terhadap diri sendiri).
2.        Terapi dengan Membaca Al-Quran
Al-Quran sebagai media dalam memberikan pelayanan penyembuhan pada gangguan kesehatan, fisik maupun psikis. Terapi dengan Al-Quran ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) membacanya dengan penuh konsenrasi, (2) memahami kandungan yang terdapat dalam ayat-ayatnya.

Dengan permasalahan yang dialami oleh klien yang suka minum-minuman keras, maka dua terapi ini sangat membantu dalam proses penyembuhannya. Dalam prosesnya juga pada minggu-minggu pertama saya selalu mengingatkan dia untuk shalat ketika sudah memasuki waktunya, lewat pesan singkat. Setelah shalat saya selalu mengingatkan dia untuk selalu membaca Al-Quran walaupun hanya satu ayat. Proses terapi ini dilakukan sudah hampir dua bulan.

D.      EVALUASI
Setelah berjalannya proses konseling Islam dengan Rational Emotif Therapy dan terapi shalat serta terapi membaca Al-Quran untuk mengubah perilaku Agus yang suka minum-minuman keras. Setelah beberapa kali saya mengkrosceknya lewat sambungan telepon untuk menanyakan perubahan-perubahnannya. Selain saya menanyakan langsung kepada Agus, untuk memastikan apa yang di katakana oleh Agus itu benar atau tidak terkadang saya sering menanyakan kepada temannya. Ternyata memang benar, dari yang biasanya Agus suka minum-minuman keras perlahan-lahan mulai ia tinggalkan. Selain itu juga dari tadinya ia yang jarang melakukan shalat, kini ia mengalami perubahan meskipun sesekali terkadang shalat itu ia tinggalkan. Dalam proses pelaksanaan terapi ini dikatakan berhasil karena adanya perubahan positif yang terjadi pada dirinya. Meskipun dalam prosesnya yang kurang maksimal, karena terkendala oleh jarak dan memantaunya hanya lewat telepon atau video call.
Perubahan itu ditunjukan oleh presentase sebagai berikut
Tabel 1
Hasil wawancara waktu (hari) klien minum-minuman keras
Klien minum miras
Senin
Sabtu
Jumat
Kamis
Selasa
Rabu
Minggu
 













Tabel 2
Waktu (hari) klien minum-minuman keras ada perubahan yang terjadi
Klien minum miras
Senin
Sabtu
Jumat
Kamis
Selasa
Rabu
Minggu
 













Keterangan warna:
Hitam:      klien pasti minum-minuman keras
Merah:      klien kadang-kadang minum-minuman keras
Orange:    klien tidak minum-minuman keras.

Tabel 3
Perilaku klien sebelum dilakukan terapi
No
Perilaku Akibat Klien Minum
Keterangan
1
2
3
4
1.
Marah-marah tetapi tidak jelas penyebabnya



2.
Jenuh



3.
Keras kepala



4.
Melakukan perintah agama



5.
Berbicara kotor




Tabel 4
Perilaku klien sesudah dilakukan terapi
No
Perilaku Akibat Klien Minum
Keterangan
1
2
3
4
1.
Marah-marah tetapi tidak jelas penyebabnya



2.
Jenuh



3.
Keras kepala



4.
Melakukan perintah agama



5.
Berbicara kotor




Keterangan:
1.      Rutin              3.   Jarang
2.      Sering             4.   Tidak

Mulai dari berjalannya proses konseling klien mengalami perubahan, karena klien menyadari bahwa perilaku yang selama ini tidak baik untuk dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1996.  Desa Dalam Islam. Jakarta: Renika Cipta.
Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika      Aditama, 2007.
Fajar, Dadang Ahmad. 2015. Psikoterapi Religius. Cianjur: Darr al-Dzikir Press.
Kamalasari, Gantina. 2011. Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Lumongga. Namora Lubis. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam         Teori dan Pratik. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar